30/04/2017

Arti Toleransi Dalam Perbedaan.

Seorang Doktor muda lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Brawija yang bernama Dr Gamal Albinsaid, Menuturkan pengalamannya tentang arti Toleransi.

Ini pemaparannya :

Bismillahirrohmanirrohim.

Ketika waktu saya berada di Jerman, sebelum saya menerima penghargaan Empowering people Award dari Siemens di Jerman, salah seorang panitia mendatangi saya untuk menanyakan cara bersalaman diatas panggung karena pimpinan mereka adalah seorang wanita. Mereka menghormati ketika tahu saya tidak bersalaman dengan wanita karena tidak ingin bersentuhan dengan yang bukan muhrim saya. Saya cukup menempelkan kedua tangan saya, lalu menyapa mereka tanpa menyentuh tangannya. Mereka mengatur itu diatas panggung agar saya merasakan kenyamanan. Itulah toleransi.

Di perjalanan ke Inggris untuk kunjungan ke 15 perusahaan, pernah saya menaiki pesawat yang tidak menyediakan makanan halal. Setelah saya sampaikan kepada mereka saya hanya bisa makan makanan halal, mereka mencari sebuah mie instan yang memiliki label halal untuk saya. Itulah toleransi.

Ketika saya harus presentasi di California University yang bersamaan saat sholat Jumat, saya minta panitia menggeser jam presentasi kami, karena saya ingin melaksanakan Sholat Jum'at disana. Mereka mengijinkan menggeser waktu presentasi saya. Itulah toleransi.

Ketika makan malam dengan pangeran Charles di Istana Buckingham, mereka mengatur supaya saya mendapatkan makanan untuk vegetarian agar saya merasa nyaman. Itulah toleransi.||

Itulah pemaparan dari pengalaman Dr.Gamal Albinsaid.

Dari pengalaman2 Dr.Gamal diatas, bisa disimpulkan bahwa bentuk toleransi adalah hormat. Karena toleransi itu adalah bentuk penghormatan pada perbedaan yang ada. Mulai dari hal yang kecil seperti makanan, cara berpakaian, cara beraktivitas, sampai hal yang besar soal agama, kitab suci, dan prinsip Ketuhanan.

UNESCO dalam publikasinya "Tolerance: The Threshold of Peace" menyatakan social relations adalah salah satu indikator dari suksesnya toleransi di sebuah masyarakat. Oleh karenanya hasil dari toleransi adalah kenyamanan individu dan keharmonisan sosial.||

Menelaah tentang Kepemimpinan ;

Seorang pemimpin dalam struktur Kepemerintahan adalah sebagai penyambung dan pelaksana tentang program-program pemerintah dalam pembangunan infrastruktur, ekonomi, budaya dan lainnya untuk kepentingan masyarakat luas. Bukan menyatakan sesuatu yang bersifat prinsip dalam suatu agama demi kepentingan diri sendiri. Dan hasilnya sudah jelas menimbulkan kebencian dan permusuhan yang mengarah pada perpecahan.

Seorang pemimpin itu tidak semestinya menyampampaikan sesuatu yang berkaitan dengan prinsip agama, kitab suci, prinsip Ketuhanan, dan cara beribadah suatu agama didalam keberagaman. Apalagi yang disampaikan tersebut kepada komunitas yang menganut keyakinan yang berbeda dengan keyakinan yang dianut oleh Pemimpin itu sendiri. Itu sangat tidak etis dan dilarang. Karena tidak akan barkesesuaian dan sangat bertolak belakang.

Seorang Pemimpin harus punya sifat ramah, sopan, santun, bisa menciptakan kesejukan, kedamian dan keharmonisan di dalam masyarakat yang plural. |||

Kita rindu pemimpin yang semacam itu yaitu ramah, sopan, santun, saling hormat menghormati satu sama lain yang bisa menciptakan keharmonisan dalam perbedaan. Bukan pemimpin yang tidak mempedulikan perbedaan yang ada, dan bukan pula pemimpin yang hanya bisanya menciptakan ketegangan dengan menghina agama, melecehkan Ulama, melecehkan kitab suci dan membatasi cara beribadah suatu Agama.

Lalu bagaimana bila seorang pemimpin mempunyai sifat buruk seperti itu.? Maka jawabnya adalah Tidak Layak menjadi seorang Pemimpin.

Sungguh menyakitkan bagi kita sebagai umat Islam, apabila kitab yang kita baca, yang kita hafal, yang kita pelajari bertahun-tahun dan yang kita jadikan sebagai pedoman hidup, lalu ada segelintir orang yang dengan mudahnya menyebut sebagai alat untuk melakukan kebohongan. Sungguh biadap.

Jangan seenaknya seseorang menafsirkan isi kitab suci Al-Qur'an menurut keinginan dan hawa nafsunya demi untuk kepentingan pribadi. Tidak ada sedikitpun hak seseorang untuk menafsirkan isi ayat Al-Qur'an dengan mengatakan bahwa terjemahan suatu ayat kepada arti yang lain yang tidak bersesuaian dengan arti yang sebenarnya yang terdapat dalam kitab suci Al-Qur'an tersebut.

Dan tidak sedikitpun hak seseorang memgatakan bahwa ayat Al-Qur'an sebagai Alat untuk Kebohongan. Perlu diketahui, Tidak ada sedikitpun kebohongan pada Kitab suci Al-Qur'an.! Karena kitab suci Al-Qur'an itu adalah Kalamullah yaitu Perkataan Allah. Jadi kalau ada yang tidak meyakini, itu terserah pribadi masing-masing. Tapi untuk merendahkan, melecehkan ataupun menistakannya, sedikitpun tidak ada hak siapupun. Jangankan segelintir orang, seluruh umat manusia yang ada dimuka bumi inipun tidak berhak melecehkannya.||

Buat kita Umat Islam, Toleransi tidak berarti menoleransi kepada yang intolerans. Dengan artian Tidak ada Toleransi pada yang Intoletans.

Ada ungkapan dari Ayaan Hirsi Ali bahwa : "Tolerance of intolerance is cowardice" (mentoleransi sebuah intoleransi adalah sikap pengecut).

Kalau menurut saya, Jika ada seseorang yang menghina agamamu, Nabimu, Kitab Sucimu dan kamu diam saja, maka jelaslah kecintaan kepada Robmu, Nabimu, kitabmu telah hilang dari hatimu. Jika kecintaan tersebut telah hilang dari hatimu, maka gantinya hanyalah satu, yaitu kain kafan. Sebab kehilangan Kecintaan kepada Robmu, kepada Nabimu, kepada Kitab sucimu dan kepada agamamu sama dengan mati".

Lalu bagaimana jika seorang Muslim membela orang yang telah menghina agamanya sendiri.?
Hanya Allah-lah yang tau azab apa yang pantas diberikan kepada orang tersebut.|||

Wallaahu a'lam bisshowaaab.|||